Senin, 07 November 2011

Auditor? Hmmmm...

Auditor.  Entah mengapa saya sangat amat tertarik sekali dengan profesi yang satu ini. Mungkin saya masih dibawah pengaruh “sihir” untuk mahasiswa akuntansi. Beberapa kakak kelas sih ada yang mengakui sempat juga terkagum-kagum dan tersihir  akan pesona profesi auditor. Namun pengakuan beberapa waktu setelahnya, ternyata banyak juga yang kapok. Terlalu penuh pressure, jam kerja di luar batas kewajaran, terkungkung deadline yang beruntun antara satu klien dan klien yang lain, pokoknya macam-macam lah  alasan mereka. Belum lagi jika yang bersuara adalah kaum hawa maka semakin banyak dukungan untuk tim kontra akan profesi ini di benak saya.
Memangnya apa sih yang saya pikirkan tentang auditor?
Menurut saya, auditor adalah profesi yang paling keren di bidang akuntansi. Memeriksa kewajaran laporan keuangan.  Keren gak tuh? Kesannya seperti “dokter laporan keuangan”. Bahkan seorang akuntan publik tidak hanya bisa menjadi “dokter” tapi juga “apoteker”, “insinyur”, dan “seniman” laporan keuangan.  Disamping itu, auditor adalah para professional yang dibayar karena integritas dan independensinya. Logikanya, kalau auditor tidak punya integritas dan menjunjung profesionalitas maka apa gunanya? Lebih baik periksa sendiri aja, toh lebih baik kalau kejelekan kita yaa kita sendiri yang tau.
Beberapa teman seangkatan, hampir sebagian besar mengatakan bahwa sesungguhnya menjadi auditor hanyalah batu loncatan baginya, hanya untuk meninggikan harga jual. Tidak ada salahnya sih, bahkan ini semakin menunjukkan kelebihan profesi auditor dibanding profesi lain. Biasanya, para mantan auditor akan sangat mulus jalannya untuk menempati posisi selevel supervisor/manajer di bagian akuntansi suatu perusahaan. Kebiasaan kerja sebagai auditor juga ternyata memberi kemudahan bagi mereka di tempat baru. Auditor biasanya memiliki daya analisis yang mantap, inisiatif yang tinggi, disiplin dan tahan banting. Banyaknya klien yang mereka tangani juga memberikan tambahan pengetahuan bagi mereka, bahkan mengasah soft skill secara langsung. Kemampuan seperti ini tentu tidak akan dipandang sebelah mata oleh perusahaan.
Sebagai mahasiswa, saya merasa bersyukur sekali ada satu mata kuliah yang benar-benar menarik perhatian saya: Auditing. Pola kerjanya yang sistematis, sepertinya sangat sesuai dengan saya. Skeptismenya, integritasnya, independensinya, kehati-hatiannya, keteraturannya, kepatuhannya, ketegasannya, semuanya begitu menarik perhatian saya. Satu-satunya matakuliah yang membuat saya mampu menghapal sesuatu yang bukan rumus bahkan hingga di luar jam kelas dan di luar ujian.
Saya pun menjadi semakin bingung. Seandainya boleh, saya sangat ingin sekali menjadikan auditor sebagai profesi saya. Jarang sekali loh partner / akuntan publik wanita. Tapi ada begitu banyak faktor yang menjadi pertimbangan bagi saya untuk menentukan profesi saya di masa depan.  Saya harus memikirkannya secara matang. Saya hanya harus benar-benar memikirkannya lagi. Entahlah.

Tidak ada komentar :

Posting Komentar

Happy Cat Kaoani