Sabtu, 15 Oktober 2011

kerja

Kerja. Suatu kata yang membawa rasa berat. Waktu masih kecil, setiap bapak pulang kerja pasti minta dipijitin oleh anak-anaknya. Kerja itu capek. Waktu mulai sedikit besar, mulai mengerti bahwa untuk mendapatkan sesuatu kita harus kerja. Waktu kakakku lulus kuliah, 'belum dapat kerja' adalah hal yang cukup membebani pikiran. dan 'diterima kerja' layaknya impian yang harus terwujud mengingat bahwa mungkin itulah tujuan capek-capek sekolah. Saat kuliah, terpampang dengan jelas betapa banyak jenis 'kerja' yang bisa dilakukan. Tak hanya menjadi 'pekerja', menjadi pengusaha juga 'pekerjaan' yang tak mudah.
Sesaat sebelum masuk 'kerja' (baca: magang), saya juga merasakan nerveous. Apalagi saat melihat ke kanan kiri semua teman sudah 'duduk' di kursi kerja mereka. Setelah mendapat kerja, nerveous masih ada. Bagaimana kalau bosnya galak (ternyata memang bos harus galak). Bagaimana kalau rekan kerja nanti cuek. Bagaimana kalau saya terkesan bodoh di hari pertama. Bagaimana bagaimana dan bagaimana adalah pertanyaan yang berulang-ulang diputar di kepalaku layaknya kaset rusak. Saat sudah mulai masuk pertengahan masa kerja, rasa 'excited' saya agaknya sedikit padam dengan kecewa. Betapa banyak orang di dunia kerja yang tidak menikmati pekerjaannya. Entah pengaruh lingkungan, diri sendiri, atau terikat dengan kata 'terlanjur'.
Lantas saya berpikir, sudah senangkah aku bekerja? Bagaimana masa depan pekerjaan yang saya impikan? Hmmm. Impian saya adalah tetap menjadi auditor selama masih single. Jadi guru matematika seandainya dulu saya ambil Jurusan Matematika. Mungkin juga jadi penulis kalau sudah punya anak. Jadi pengusaha rumahan juga applicable for me. Hmmm, yang pasti harus jadi istri dan bunda yang baik nantinya (amin^^), dan tetap jadi anak yang berbakti (amin), jadi adik yang baik (amin), jadi kakak yang baik (amin), jadi orang yang baik lah pokoknya... :)

Tidak ada komentar :

Posting Komentar

Happy Cat Kaoani